Transformasi Menuju yang Sesungguhnya
Hidup di dunia ini sangat singkat. Kita tidak bisa
memastikan sampai kapan kita akan bertahan untuk bisa bernafas dengan sejuk di
pagi hari dan menikmati indahnya tidur di malam hari. Ajal kita sudah ditakdirkan
oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya
dimana kita kekal di alam sana setelah berakhirnya dunia yang sekejap ini. Maka
dari itu, apa yang telah kita perbuat di dunia ini? Apakah kita sudah siap
untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya di alam sana?
Sebagai seorang manusia, tentunya
kita harus tunduk kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Dialah yang telah
menciptakan kita. Kita diberi kesempatan untuk bisa mencicipi dunia ini.
Bersyukur bisa diturunkan dan bertugas di muka bumi ini. Dan lebih bersyukur
lagi bisa bernafas hingga sekarang dan menikmati yang diberikan-Nya kepada kita
semua. Banyak orang yang telah dipanggil oleh-Nya untuk kembali kepada-Nya.
Kemudian, apa yang harus kita
lakukan di muka bumi ini? Sesungguhnya kita diutus untuk beribadah kepada-Nya
dan menjadi khalifah di muka bumi ini. Hanya Dia-lah yang patut kita sembah dan
hanya Dia-lah dimana kita bisa bergantung kepada segala sesuatu. Takkan ada
lagi penolong selain Dia Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah SWT.
Mengamati tugas kita sebagai
khalifah, bagaimana dengan jiwa kekhalifahan yang kita miliki. Sebagai manusia
tentunya kita semua adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawabannya kelak. Baik sebagai pemimpin dari diri sendiri maupun
pemimpin bagi orang lain. Khalifah diartikan sebagai pemimpin yang membawa ke
arah yang baik dan menjauhkan umatnya dari yang keburukan. Khalifah itu
memiliki kepribadian yang bisa mneyeimbangkan antara hati dan fikirannya.
Keduanya harus berjalan secara bersama dan beriringan.
Sebagai orang yang berfikir tentunya
kita harus mempunyai progres yang harus memiliki trend positif dan meningkat. Kita
pasti tidak mau berdiri di posisi di titik itu saja. Zona nyaman yang kita
miliki harus diperluas hingga seluas-luasnya. Harus bergerak menuju jalan
kesuksesan yang diridhai oleh-Nya dan diresiui oleh orang tua kita tercinta.
Berbicara proses berarti kita berbicara
transformasi. Bagaimana kita hijrah dari suatu tempat ke arah yang lebih baik
lagi. Sedikit ulasan dari saya bagaimana transformasi yang ideal agar kita bisa
menjadi khalifah yang membwa kebaikan dengan ridho Allah dan tak lupa restu
orang tua.
Pertama, sebagai muslim sejati, kita
harus benar-bernar paham akan Makrifatullah. Mengenal sang Pencipta. Intropeksi
yang begitu mendalam akan penciptaan terhadap diri kita. Lalu bagaimana rasa
kita bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Surat Al-Ikhlas
merupakan bagian dari Ayat Suci Al-Quran yang bisa mnejelaskan itu semua.
Memahami dari lubuk hati terdalam akan Tuhan yang kita sembah dan Penguasa Alam
semesta ini. Perihal ini kita harus benar-benar paham dengan sepaham-pahamnya.
Kedua, Kekasih Allah, sosok yang telah membawa kita ke
zaman yang penuh penerangan sehingga kita bisa sampai di zaman pada saat ini,
Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Suri tauladan bagi kita semua akan tokoh
idola yang haruis kita panuti dan impikan. Kita harus melanjutkan perjuangan
beliau. Jiwa kerasulannya harus kkita lanjutkan. Jiwa itu akan tetap ada sampai
akhir zaman dan itu merupakan kewajiban bagi kita semua untuk melanjutkannya.
Ketiga, restu orang tua.
Sesungguhnya ridho Allah itu terdapat di restu orang tua. Terutama Ibu kita Wanita yang telah mengandung kita selaam 9
bulan., Bagaimana perjuangan beliau yang sangat besar mulai dari di dalam kandungan
menahan rasa sakit hingga kita bisa tumbuh kembang sampai saat ini. Rasulullah
pun memberikan pesan kepada kita bahwa ingatlah selalu atas ibumu sampai 3
kali. Bagaimana Ibu itu menjadi tokoh yang sangat bisa membuat kamu sukses baik
di dunia maupun di akhirat. Dan pelengkap dari itu semua adalah Ayah. Yang
memiliki tanggung jawab sebagai Kepala keluarga tidak bisa juga dilupakn. Orang
tua harus berjalan secara bersam dan memiliki kolaborasi yang apik demi kesuksesan
sebuah keluarga. Dua orang ini adalah sosok yang harus diingat sampai kapanpun
dan dimanapun.
Keempat, jika kita ingin menjadi khalifah
yang mengajak berbuat kebaikan adalah ilmu. Kita wajib menuntut ilmu baik
dimanapun dan kapanpun. Ilmu bukan berarti hanya teori dan bacaan semata. Ilmu
itu sangat luas mulai dari ilmu etika, ilmu budaya, ilmu hitungan, ilmu bacaan,
dan berbagai macam ilmu lainnya. Kita harus tau secara general permasalahan dan
konsep ilmu yang ada di dunia ini. Harus selalu update apa yang sedang terjadi.
Dan setelah itu, barulah kita fokus terhadap suatu bidang yang kita senangi dan
bisa memberikan dampak yang besar bagi peradaban dunia ini. Ketika kita senang
melakukan hal itu, maka kita bisa mengajak orang lain kepada kebaikan dan
menjauhi dari keburukan.
Kelima, kita sebagai mahkluk sosial
haruslah bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain. Terbuka dengan siapapun,
tetapi ingat dengan batasan-batasan yang ada. Harus bisa menelaah pergaulan
kita. Jika kita ingin memberantas suatu keburukan, maka kita harus paham dengan
empat pilar yang ada di atas, barulah kita bisa masuk ke dalam ladang yang
ingin kita perbaiki tersebut. Jika tidak, maka kita akan terjerumus dan termasuk
golongan itu nantinya.
Sesungguhnya jika kita bisa menjadi
seseorang yang ingat selalu kepada Allah SWT dan berfikir secara jernih
bagaimana keyakinan hati atas apa yang terjadi maka kkta bisa menjadi raksasa
yang dapat membawa orang kepada kebaikan dan mengubah peradaban ini ke arah yang
lebih baik lagi. Bangsa ini menunggu sosok yang seperti ini.
Komentar
Posting Komentar